Apa Kabar, Bo?

  Apa kabar, Bo? Kemarin saya ke Gramedia. Sanctuary saya pas jaman SD. Dulu waktu Hero Swalayan masih ada di Gatot Subroto. Biasanya saya ke sana setelah ngumpulin duit jajan seminggu dan bisa buat beli komik. Ngga seperti sekarang, dulu banyak komik yang sampul plastiknya terbuka, jadi saya puas-puasin baca sebelum akhirnya beli cuma satu.  Jaman itu majalah Bobo tidak setipis sekarang. Apalagi pas edisi khusus, tebalnya bisa ngalahin kamus. Hahaha, bercanda ya, Bo. Bobo benar-benar teman bermain dan belajar saya, ada beberapa dongeng dunia yang sampai detik ini saya masih ingat. Ada juga dongeng lokal yang jadi favorit saya. Mungkin penulis Bobo sudah lupa, ada sebuah cerpen, yang memuat cerita ibu petani yang asik bekerja hingga anaknya kelaparan. Saya ingat ada syairnya: tingting gelinting, perutku sudah genting, kelaparan mau makan. Saya kemudian meniru syair tersebut dan dimarahin Mama. Beliau bilang, ngga pantas didenger orang. Oh ya, Bo. Mama adalah orang yang berjasa...

Tiga Alasan yang Bikin Mau Resign


Belakangan banyak teman yang bertanya soal perkariran, padahal biasanya saya didatangi dengan pertanyaan-pertanyaan percintaan. Tapi ya, memang perkariran dan percintaan nggak banyak bedanya. Sama-sama butuh komitmen, sama-sama butuh komunikasi, sama-sama punya batas waktu juga. Nah, kalau orang pacaran biasanya nanya 'Gue pengen putus, tapi gue masih sayang', dalam perkariran bermodifikasi jadi 'Gue mau resign! Gue suka kerjaan gue, gue cuma gak suka kantor gue'. Lalu bagaimana solusinya?

So, before you click the send button on your resigning email, take some time to consider these things.

Setiap masalah pasti punya faktor penarik dan pendorong, termasuk saat kegalauan untuk resign muncul. Mari kita bicarakan faktor pendorongnya terlebih dahulu. Menurut survey yang tidak bisa dipertanggungjawabkan, alasan utama karyawan meninggalkan kantor bukanlah masalah gaji. Jika kita ambil tiga alasan mayoritas orang mengundurkan diri, mereka adalah bermasalah dengan rekan kerja, kurangnya apresiasi dari atasan, dan jarak antara tempat tinggal dan lokasi bekerja terlalu melelahkan.

Seberapa sering kamu mengumpat teman kerjamu dengan kata-kata: 'bisa kerja gak sih?!' Padahal ya, karena sudah melewati proses seleksi, diharapkan rekan kerja punya kompetensi sesuai jabatannya masing-masing. Tapi jangan kamu lupakan kata-kata sakti mandraguna 'mungkin dia lagi proses adaptasi'. Setiap orang punya kemampuan yang berbeda saat beradaptasi, jadi daripada memaki, lebih baik mengingatkan jadi bisa sama-sama belajar. Cuma ya, kalau udah lewat masa probation masih nggak bisa kerja, mungkin ada yang salah dengan teman kerjamu. Jangan-jangan dia mau resign! Btw, teman kerja yang gak bisa diajak diskusi juga bikin keki, loh!

Adalah kodrat manusia untuk suka diperhatikan dan diapresiasi. Makanya kita suka murka kalau pacar mulai sibuk main Onmyoji Arena daripada ngobrol ma kita. Jangan salah, dicuekin pacaran sedihnya gak seberapa. Tapi dicuekin atasan, itu memilukan. Jaman kerja di majalah remaja dulu, saya suka sengaja typo untuk melihat apakah artikel saya melewati proses pengeditan dengan seksama. Karena seringkali artikel saya terbit apa adanya.

'Mungkin bosnya dah percaya ma hasil kerja lo', begitu biasanya teman-teman berkilah. Benar, hal ini tidak akan menjadi masalah kalau tujuan kamu bekerja adalah lembaran rupiah dibanding peningkatan kualitas sebagai profesional. Asiknya sih, kalau begini gak usah dimasukin hati. Mungkin emang bosnya lagi pilih kasih. Asal jangan pilih kasih soal gaji.

Jargon jarak bukanlah penghalang tidak pernah berhasil baik dipercintaan maupun diperkariran. Udah, putusin aja!

Terus jadinya gimana nih? Resign nggak? Oke, jika kamu mengalami hal tersebut di atas, dan sudah tidak berselera ngeliat kerjaan, inilah saatnya untuk resign. Tapi, jika kamu masih semangat bikin planning, senang pas ngerjain assignment, gak sabar nunggu hari Senin buat optimizations, ada baiknya isu-isu di atas kamu bicarakan pada atasan atau HRD. Walau ujung-ujungnya cuma disuruh sabar, seenggaknya mereka udah tau concern kamu apa. Dan sewaktu-waktu email pengunduran diri datang, mereka nggak kaget.

Cari kerja memang susah, nganggur bikin gelisah, tapi kamu berhak untuk resign karena rejeki udah ada jatahnya. Lalu faktor penariknya apa? Mari kita bahas dipertemuan berikutnya.

Comments