Read This When You Want To Give Up

 I keep listing the reasons why I can't kill myself. And each day it gets shorter. Still, I live. Liking my job, taking care of others, set goals, and actually achieved it. All while still wanna die. So I try to understand, what's exactly in my brain. What's I'm looking for. What's the drive that gets me up every morning. Why I'm in constant pain. Maybe I'm just dramatic, a little bit melancholy. I know what I want is for the pain to stop. And I need to know where the bleeding is to stop it. What and who hurts me. Or No matter what and who, when and how, I need to accept and forgive. Forgive that I can't change the past, I can't change people. Accept that I only can control myself. To tough up and not let it hurts. Maybe this is not about me. Maybe the what and the who weren't aware that they hurt me. It's like a circle. While they tried to protect themselves, they unintentionally hurt others. The fact that I wanna die since 4th grade and sti

What A Writer Do in Digital Environment


Have you ever wanted to publish your own book? Well, I did. But not everyone can write a book. I just don't have the time, the mood, and the stamina to maintain a 100 pages of a book. Maka gue melakukan yang gue bisa. Menulis artikel untuk majalah. Jika dirunut, perjalanan profesional gue sebagai penulis dimulai sejak SMP. Ketika menulis untuk majalah sekolah dan mendapatkan bayaran 20ribu rupiah per artikel. Sampai 2012, menjadi bagian dari redaksi sebuah majalah adalah kebanggaan tersendiri.

Lalu satu persatu majalah cetak berguguran. Sebagian berevolusi menjadi portal online, seperti cewekbanget.id yang merupakan reinkarnasi dari KawanKu. Sebagian pergi untuk selamanya. Nah, apakah setelah majalah cetak turun tahta, penulis-penulis jadi kehilangan arah? Well, not really. Berikut pekerjaan-pekerjaan yang bisa dilakukan seorang penulis, once ia beradaptasi dengan dunia kedigitalan.

Blogger
Nulis di blog udah gue lakukan jauh sebelum jadi penulis profesional. Di mulai dari Multiply, Tumblr, lalu bertahan di Blogger. Platform blog ini bisa digunakan bebas oleh semua orang, dan gue selalu encourage  orang untuk mulai menulis blog. Pertama karena di blog sendiri kita bebas mengeksplore gaya tulisan dan isu yang mau dibahas. Kedua karena practice makes progress. Seiring jalan bergelut di content marketing, gue malah terbenam mempelajari data dari blog. Blogger yang mengerti soal data bisa lebih menjual jasa bloggingnya karena ia paham betul siapa audience  dari blognya, artikel macam apa yang mereka cari, dan di mana saja ia bisa menjangkau mereka.

Sejak lama blogger 'diwajibkan' memahami SEO, 'diharuskan' berjuang muncul di page one. Dan kalau bisa paham bagaimana membaca data dari blognya. Apalagi jaman sekarang brand/agency sangat melihat angka pageviews dan DA/PA sebuah blog sebelum mengajaknya bekerja sama. Untuk bisa mendapatkan hal itu, semua dimulai dari menulis konten yang kece.

Content Writer

Bedanya content writer dengan blogger adalah platformnya. Saat menjadi penulis konten, biasanya gue diminta untuk menulis tema tertentu, dengan keyword tertentu untuk portal tertentu. Seorang penulis konten bisa saja fulltime employee di sebuah portal berita, atau freelancer yang dibayar per kata.

Copywriter

Kebanyakan orang atau bahkan perusahaan seringkali menyamakan profesi content writer dengan copywriter. Namun sepemahaman gue, keduanya berbeda. Ketika lo menulis sebagai penulis konten, objektif lo adalah menyampaikan informasi, bercerita, membuat pembaca betah di sebuah situs. Sedangkan saat menjadi copywriter, kita diharapkan menulis rangkaian kata yang encouraging pembaca untuk melakukan actions apakah itu membeli barang kita, membuka tautan yang kita tempelkan, membagikan postingan yang kita tampilkan, dll.

Apakah copywriting lebih sulit dari content writing? Tentu tidak. Semua akan mudah dengan banyak berlatih dan memperluas wawasan.

UX Copywriter

Copywriting for UX sering dianggap bukan pekerjaan tersendiri. Mereka yang punya label writer pada CVnya diharapkan juga mampu membuat tulisan-tulisan yang memudahkan pengalaman seseorang di sebuah situs atau aplikasi. Kebanyakan orang juga nggak terlalu memperhatikan tulisan-tulisan ini, karena menurut gue UX yang bagus adalah saat penggunanya bisa menggunakan situs/aplikasi tersebut dengan natural. Tanpa kebingungan yang berarti.

Jika penasaran dengan UX copywriting, langkah paling mudah sih lihat aplikasi yang ada pada ponsel kalian. Karena kalau di situs-situs, biasanya nggak membutuhkan UX berbelit-belit.

Rumus UX copywriting adalah consider the user, consider the context, consider the flow, and the most importantly, consider the brand and its business goal.

Social Media Officer

Isi dari media sosial terutama adalah konten. Segala hal yang berupa tulisan, gambar, dan video adalah konten. Lalu apa yang tricky dari penulisan konten untuk media sosial? Pertama, konten-konten ini tidak bisa ditulis terlalu panjang seperti membuat konten untuk portal atau blog. Tapi, nggak boleh juga terlalu hard sell seperti copywriting pada umumnya.

Cara ngakalinnya bisa dengan membagi konten sesuai objektif yang mau kita capai. Apakah konten hari Senin untuk mengajak orang sharing di kolom komentar, apakah konten hari Selasa dibuat agar dishare banyak orang hingga viral, apakah konten di hari Rabu khusus mengajak orang untuk melakukan pembelian di online store, dll, dll.

Dari semua hal yang bisa dilakukan seorang penulis pada platform digital, tetap ada satu ilmu pamungkas yang sejak dulu mendarah daging dalam otak gue: To write a good content, you must read a good read.

Comments