Apa kabar, Bo? Kemarin saya ke Gramedia. Sanctuary saya pas jaman SD. Dulu waktu Hero Swalayan masih ada di Gatot Subroto. Biasanya saya ke sana setelah ngumpulin duit jajan seminggu dan bisa buat beli komik. Ngga seperti sekarang, dulu banyak komik yang sampul plastiknya terbuka, jadi saya puas-puasin baca sebelum akhirnya beli cuma satu. Jaman itu majalah Bobo tidak setipis sekarang. Apalagi pas edisi khusus, tebalnya bisa ngalahin kamus. Hahaha, bercanda ya, Bo. Bobo benar-benar teman bermain dan belajar saya, ada beberapa dongeng dunia yang sampai detik ini saya masih ingat. Ada juga dongeng lokal yang jadi favorit saya. Mungkin penulis Bobo sudah lupa, ada sebuah cerpen, yang memuat cerita ibu petani yang asik bekerja hingga anaknya kelaparan. Saya ingat ada syairnya: tingting gelinting, perutku sudah genting, kelaparan mau makan. Saya kemudian meniru syair tersebut dan dimarahin Mama. Beliau bilang, ngga pantas didenger orang. Oh ya, Bo. Mama adalah orang yang berjasa...
Taiyaki Kun Apprentice!
on
Get link
Facebook
X
Pinterest
Email
Other Apps
Kalau kamu pencinta kuliner Jepang tapi belum pernah mencoba jajanan yang satu ini, well this might be your sign to try one. Taiyaki adalah jajanan semacam Dorayaki, namun berbentuk ikan. Kue ini dipanggang dalam cetakan ikan dan diberi isian krim atau pasta berbagai rasa. Rasa originalnya tentu saja Azuki atau kacang merah. Begitu sampai di Jakarta, Taiyaki berevolusi dengan rasa-rasa lainnya.
Sebelum kita bercerita lebih jauh, pastikan dulu kamu nggak membayangkan es krim ikan yang ada di Sevel. Karena keduanya adalah eksistensi yang berbeda, baik dari isi, kulit, maupun rasa.
A post shared by 『たい焼きくん』Taiyaki-kun (@taiyaki_kun) on
Biasanya gue cuma menemukan Taiyaki di festival Jepang, bersamaan dengan jajanan Jepang-jepangan lainnya. Sampai suatu ketika gue menemukan Taiyaki Kun yang memiliki kedai dekat tongkrongan gue. Bahkan gue bisa berkenalan dengan kokoh-kokoh bos Taiyaki dan berkesempatan mencoba produk-produk Taiyaki Kun yang baru sebelum launching. Istilahnya, jadi lidah percobaan.
Tapi, sensasi makan Taiyaki di tempat nongkrong sangat jauh berbeda dengan makan Taiyaki di festival Jepang. Jadi, berangkatlah gue ke Ennichisai 2017 di Blok M kemari. Ternyata, hampir tiap tahun gue ke Ennichisai. Dan setiap tahun, Ennichisai selalu serupa namun tak sama. Ada aja pengalaman baru yang muncul bikin Ennichisai nggak pernah membosankan.
Perbedaan Ennichisai tahun ini dengan tahun lalu adalah... gue jadi anak magang Taiyaki Kun! Anak magang cabutan, sih, sebenernya. Soalnya gue lebih sering kabur keliling festival daripada di stand. Kalau pun di stand, gue suka dimarahin karena bikin bingung hiks, aku cuma mau membantu kokoh :(
Karena kerjanya bohong-bohongan, cuma teriak-teriak manggil pelanggan dan foto-foto candid, dibayarnya pun seadanya. Cuma pakai 3 porsi Taiyaki! Bahkan yang satu itu terpaksa dikasih gue karena kulitnya sobek pas lagi dipindahin ke etalase. Huh, masa dibayar pake Taiyaki reject. Eh, tapi rasanya gak berubah, kok. Plus pas tutup stand dibawa keliling dan dijajanin sama kokoh.
Kamu nggak perlu nunggu festival Jepang kalau mau nyobain Taiyaki. Langsung aja dateng ke jalan U di sebrang Binus Syahdan atau pesan via Go Food. Sekarang bahkan Taiyaki Kun punya varian rasa Oreo, loh. Penasaran pasti, kan?