Tik tok, menit berlalu. Aku masih merangkai barisan kata untuk dikirimkan sebelum subuh. Hi, Tuan, apa kabarmu? Sepertinya kemampuan menulisku ikut terpupus dengan berlalunya dirimu. Aku tidak lagi menangisi hujan bersama susu strawberry. Aku tidak lagi menatapi layar ponsel menunggu namamu menyala. Ah, tentu saja aku masih memujamu. Rasa itu tak akan lekang oleh waktu.
Tik tok, menengok ke belakang. Mengingat senyum jenakamu yang perlahan terhapus dari memori otak. Memanggil ingatan akan suaramu ketika tertawa lepas. Meresapi yang tersisa dari harum mu dan sentuhanmu. Memory fades, Tuan. Aku tidak heran kelak kita bisa bertemu tanpa takut menyakiti. Karena kata-kata mu tidak lagi menyakitiku. Dan hati ku, tidak terpaku padamu.
Tik tok, tik tok. Waktu berlari hingga menghilang. Adakah kamu terlupa tentang ku? Tentang kisah semu yang teruntai dalam kata di kotak kaca? Selamanya, mengingatmu akan memanggil senyuman menghias bibirku. Karena kamu luar biasa. Sayang aku tidak bisa berbuat yang sama kepadamu. Namun, di satu titik jenuh hidupmu, ingatlah aku, Tuan. Karena aku akan berusaha ada.
Manusia tumbuh lalu berpisah. Kenangan memudar menjadi legenda. Dan hari ini, kamu akan menatapi masa depan lebih siap lagi. Hei, Tuan, tersenyumlah. Senyum yang sama yang memikat hatiku. Tatapan lembut yang serupa sekejap kamu menatapku. Senyumlah dan berbahagialah. Biarkan kesedihanmu menjadi kekhawatiranku. Walau aku tau, kamu adalah manusia bahagia. Selamanya.
Adakah kamu teringat akan ku di hari bahagia ini, Tuan? :)