Read This When You Want To Give Up

 I keep listing the reasons why I can't kill myself. And each day it gets shorter. Still, I live. Liking my job, taking care of others, set goals, and actually achieved it. All while still wanna die. So I try to understand, what's exactly in my brain. What's I'm looking for. What's the drive that gets me up every morning. Why I'm in constant pain. Maybe I'm just dramatic, a little bit melancholy. I know what I want is for the pain to stop. And I need to know where the bleeding is to stop it. What and who hurts me. Or No matter what and who, when and how, I need to accept and forgive. Forgive that I can't change the past, I can't change people. Accept that I only can control myself. To tough up and not let it hurts. Maybe this is not about me. Maybe the what and the who weren't aware that they hurt me. It's like a circle. While they tried to protect themselves, they unintentionally hurt others. The fact that I wanna die since 4th grade and sti

lluvia #26

Tik tok, menit berlalu. Aku masih merangkai barisan kata untuk dikirimkan sebelum subuh. Hi, Tuan, apa kabarmu? Sepertinya kemampuan menulisku ikut terpupus dengan berlalunya dirimu. Aku tidak lagi menangisi hujan bersama susu strawberry. Aku tidak lagi menatapi layar ponsel menunggu namamu menyala. Ah, tentu saja aku masih memujamu. Rasa itu tak akan lekang oleh waktu.

Tik tok, menengok ke belakang. Mengingat senyum jenakamu yang perlahan terhapus dari memori otak. Memanggil ingatan akan suaramu ketika tertawa lepas. Meresapi yang tersisa dari harum mu dan sentuhanmu. Memory fades, Tuan. Aku tidak heran kelak kita bisa bertemu tanpa takut menyakiti. Karena kata-kata mu tidak lagi menyakitiku. Dan hati ku, tidak terpaku padamu.

Tik tok, tik tok. Waktu berlari hingga menghilang. Adakah kamu terlupa tentang ku? Tentang kisah semu yang teruntai dalam kata di kotak kaca? Selamanya, mengingatmu akan memanggil senyuman menghias bibirku. Karena kamu luar biasa. Sayang aku tidak bisa berbuat yang sama kepadamu. Namun, di satu titik jenuh hidupmu, ingatlah aku, Tuan. Karena aku akan berusaha ada.

Manusia tumbuh lalu berpisah. Kenangan memudar menjadi legenda. Dan hari ini, kamu akan menatapi masa depan lebih siap lagi. Hei, Tuan, tersenyumlah. Senyum yang sama yang memikat hatiku. Tatapan lembut yang serupa sekejap kamu menatapku. Senyumlah dan berbahagialah. Biarkan kesedihanmu menjadi kekhawatiranku. Walau aku tau, kamu adalah manusia bahagia. Selamanya.

Adakah kamu teringat akan ku di hari bahagia ini, Tuan? :)