Sabtu

Saturday is supposed to be fun and the most awaited day of the week. Tapi semua berubah sejak negara api menyerang. Some time months before, gue anxious ketika Sabtu datang. Beda dengan orang-orang yang baru anxious menjelang Senin, dulu gue selalu seneng menjelang Senin karena berarti kerja lagi, Lalu, apa yang gue lakukan untuk membuat Sabtu kembali menyenangkan? Setelah berhasil mengumpulkan energi, Sabtu pertama gue menuruni air terjun. Apakah ini kegilaan atau memang gue sedang membutuhkan distraksi, tapi eksplorasi pertama ini seakan membangunkan gue dari koma panjang bertahun-tahun. Berhari-hari merasakan chest pain, gue kira, umur berhasil mengalahkan kesehatan gue dan mungkin gue juga punya penyakit jantung seperti mama? Pun ketika dibawa menuruni air terjun, nyeri di dada tidak terasa. Memang sudah lama gue curiga itu hanyalah psikosomatik. Efek di badan karena pikiran. Lantas ketika dibawa bertualang, rasa sakit itu justru hilang. Sayangnya efek adrenalin sirna beberapa hari

focus

Gue termasuk well-planned person. Walau kadang eksekusinya sesuka hati. Jadi sejak mulai tertarik dengan kamera dslr, gue jadi kehilangan fokus. Atau mungkin jauh sebelum itu jugaan gue udah gak fokus?
Gue rasa sih normal kalau manusia itu banyak maunya. Kabarnya kita nggak akan merasa puas hingga mulut dipenuhi tanah alias meninggal dunia. Banyak mau nggak masalah lah yah, asal nggak nyusahin siapa pun termasuk diri sendiri.
Kalau dirunut, mungkin keinginan gue cuma satu: belajar. Nah, karena banyak hal yang mengundang rasa ingin tau gue, jadinya banyak yang mau gue pelajari.
Paling pertama, gue mau belajar gitar/gitarlele. Jaman smp sempet belajar, begitu bisa satu lagunya so7, gue berenti. Kapok jari gue pada kapalan. Aduuuh sakiit. Aslinya gue pengen bisa main gitar buat modal ngamen. Hahaha, kadang enak aja ngeliat pengamen cuma gonjrang-gonjreng dapet seceng.
Lalu mau belajar fotografi. Walaupun foto gue sudah tercetak di beberapa media nasional, gue masih merasa kurang mumpuni. Di fotografi sendiri, ada banyak kekhususan. Dan gue cuma bisa foto jurnalisme. Ini lebih disebabkan gue kurang punya taste. Gue lebih seneng foto yang bisa mendukung tulisan gue.
Sadar foto gue biasa aja, gue pengen bisa digital imaging. Kemaren-kemaren sih gue freelance di studio foto dan dipaksa ngedit foto. Terus gue meringis. Sampe sekarang cuma bisa nge-crop karena rajin ngoleksi foto korean idol. Niatnya mau belajar di RGBstudio di jalan Benda. Atau sekalian ikut short course di IKJ.
Gue juga mau belajar ilmu psikologi anak dan remaja. Soalnya sudah kesepakatan umum kalau umur psikologis gue itu 15 tahun. Jadi gue pengen lebih banyak belajar soal itu. Ini juga nyambung sama cita-cita gue jadi guru. Sempet kepikiran juga kuliah lagi di UNJ supaya bisa jadi bu guru.
Karena sering bikin photoshoot dan kesulitan cari make up artist, gue pun kepengen belajar make up. Tapi ini sih mentok dimodal banget. Belum lagi ngumpulin printilan alat make up. Urgh mau banget beli brush di body shop itu. Huhuhu.
Belakangan gue juga suka bikin baju. Tapi bukan proses menjahitnya. Biasanya gue iseng gambar2, mukanya sih anime, tapi bajunya lumayan wearable laah. Gambar ini gue bawa ke tukang jahit deket kuburan. Terus berembuk, dari mulai pola sampe bahan. Abis itu bahannya gue cari sendiri, ke pasar kaen sekalian beli kancing dan benang. Pasti asik nih kalau gue bisa jahit sendiri.
Tuh kan, banyak banget yang mau gue pelajari. Giliran ada duitnya, gue gak ada waktu. Sekarang, pas ada waktunya, gue gak punya duit. Ternyata benar, yang kita jual untuk mewujudkan impian orang lain adalah waktu kita. Makanya, jangan dijual murah. Dan lebih penting lagi, gue harus fokus sama satu/dua kegiatan. Supaya bisa keliatan hasilnya.
Sekarang gue ngapain dulu yah?
Published with Blogger-droid v2.0.10