Apa Kabar, Bo?

  Apa kabar, Bo? Kemarin saya ke Gramedia. Sanctuary saya pas jaman SD. Dulu waktu Hero Swalayan masih ada di Gatot Subroto. Biasanya saya ke sana setelah ngumpulin duit jajan seminggu dan bisa buat beli komik. Ngga seperti sekarang, dulu banyak komik yang sampul plastiknya terbuka, jadi saya puas-puasin baca sebelum akhirnya beli cuma satu.  Jaman itu majalah Bobo tidak setipis sekarang. Apalagi pas edisi khusus, tebalnya bisa ngalahin kamus. Hahaha, bercanda ya, Bo. Bobo benar-benar teman bermain dan belajar saya, ada beberapa dongeng dunia yang sampai detik ini saya masih ingat. Ada juga dongeng lokal yang jadi favorit saya. Mungkin penulis Bobo sudah lupa, ada sebuah cerpen, yang memuat cerita ibu petani yang asik bekerja hingga anaknya kelaparan. Saya ingat ada syairnya: tingting gelinting, perutku sudah genting, kelaparan mau makan. Saya kemudian meniru syair tersebut dan dimarahin Mama. Beliau bilang, ngga pantas didenger orang. Oh ya, Bo. Mama adalah orang yang berjasa...

lluvia #13

Tak ada yang lebih indah daripada hujan. Saat ia mengetuk jendela mendahului matahari pagi.
Satu dua tiga rintik airnya memenuhi udara. Membangunkan ku dari mimpi.
Mimpi tentang mu. Masih tentang mu. Selalu tentang mu.
Hujan kembali menyadarkan ku. Kita tidak nyata. Kamu tidak untuk selamanya. Aku harusnya mengejar mimpi, bukan terikat padamu.
Sayang, aku cuma gadis yang jatuh cinta. Menutup mata atas benar salah. Mendengar hanya suara mu. Menatap hanya senyumanmu.
Apalah arti mimpi dan cita cita. Ketika kamu ada dihadapanku, bahagia.
Sisa air di dedaunan mengantar ku pada persimpangan. Bertahan karena kamu, atau pergi mengejar mimpi. Dua duanya meragukan.
Atau memang aku yang tidak bisa berdamai dengan kenyataan?
Pagi ini hujan. Aku masih rindu.

Published with Blogger-droid v2.0.9

Comments