Apa Kabar, Bo?

  Apa kabar, Bo? Kemarin saya ke Gramedia. Sanctuary saya pas jaman SD. Dulu waktu Hero Swalayan masih ada di Gatot Subroto. Biasanya saya ke sana setelah ngumpulin duit jajan seminggu dan bisa buat beli komik. Ngga seperti sekarang, dulu banyak komik yang sampul plastiknya terbuka, jadi saya puas-puasin baca sebelum akhirnya beli cuma satu.  Jaman itu majalah Bobo tidak setipis sekarang. Apalagi pas edisi khusus, tebalnya bisa ngalahin kamus. Hahaha, bercanda ya, Bo. Bobo benar-benar teman bermain dan belajar saya, ada beberapa dongeng dunia yang sampai detik ini saya masih ingat. Ada juga dongeng lokal yang jadi favorit saya. Mungkin penulis Bobo sudah lupa, ada sebuah cerpen, yang memuat cerita ibu petani yang asik bekerja hingga anaknya kelaparan. Saya ingat ada syairnya: tingting gelinting, perutku sudah genting, kelaparan mau makan. Saya kemudian meniru syair tersebut dan dimarahin Mama. Beliau bilang, ngga pantas didenger orang. Oh ya, Bo. Mama adalah orang yang berjasa...

Nayla tak pernah merasa kesepian

'Kamu dulu pernah bilang kalo kamu butuh luka supaya bisa nulis. Gak kurang sentimentil apa tuh? Gak cuma sentimentil aja, tapi juga begok!' (67)

'Mungkin ia bisa berbagi perasaannya di twitter. Namun ia ragu, karena tak jarang status twitternya dihubung-hubungkan dengan masalah pribadi oleh orang yang ia sering sebut sebagai stalker.' (46)

'Ia sudah cukup tenang hidup di dalam dunia imajinasi yang diciptakannya dalam pikiran. Di dalam dunia ciptaannya itu, Nayla tak pernah merasa kesepian.' (82)

'Membuat tubuh mereka tak lagi duduk saling merapat. Membuat tangan mereka tak lagi berpegangan erat. Membuat bibir mereka tak lagi saling berciuman saat sempat. Membuat hubungan mereka bagai besi tua yang hampir habis dimakan karat' (94)

Buku ke-enam Djenar Maesa Ayu, 'T(w)ITIT!'. Cetakan pertama, 14 Januari 2012.

Comments