Read This When You Want To Give Up

 I keep listing the reasons why I can't kill myself. And each day it gets shorter. Still, I live. Liking my job, taking care of others, set goals, and actually achieved it. All while still wanna die. So I try to understand, what's exactly in my brain. What's I'm looking for. What's the drive that gets me up every morning. Why I'm in constant pain. Maybe I'm just dramatic, a little bit melancholy. I know what I want is for the pain to stop. And I need to know where the bleeding is to stop it. What and who hurts me. Or No matter what and who, when and how, I need to accept and forgive. Forgive that I can't change the past, I can't change people. Accept that I only can control myself. To tough up and not let it hurts. Maybe this is not about me. Maybe the what and the who weren't aware that they hurt me. It's like a circle. While they tried to protect themselves, they unintentionally hurt others. The fact that I wanna die since 4th grade and sti

Days in Jogja - As Far As You Can Walk

Masih mengandalkan sepasang kaki Sagittarius, sebenernya dari Stasiun Tugu emang lumayan deket kemana-mana dan cukup lurus aja ke selatan. Makanya, dari Malioboro ke titik nol kilometer, lanjut ke Keraton dan Museum Kereta, tinggal lurus lagi ke Taman Sari. Kota Jogja emang lagi cerah banget waktu gue berkunjung, makin siang malah makin panas hahaha. Tapi ya udahlah, gue juga mau tau sampai sejauh apa gue bisa jalan kaki. Karena udah check out dari penginapan, seharian itu gue bawa backpack dengan berkalung kamera.










Ditanya takut nyasar sih, entah kenapa nggak kepikiran itu. Nyasar itu kan kalau lo punya tujuan yang jelas, dan lo hilang arah pas menuju ke sana. Sedangkan gue, nggak punya tujuan pasti. Dimana ada langit bagus, scene unik, makanan enak, gue masih bisa terima. Toh kalaupun kemalaman di jalan, bisa cari penginapan terdekat, lagian gue punya dua insurance di kota ini, dua teman star dan dv yang siap menolong turis lokal yang nyasar. hihi.

Selain Benteng Vredeburg, di Keraton, Museum Kereta dan Taman Sari ada guide dengan pengetahuan mendalam dan bahasa Inggris beraksen Jawa. Biasanya sih, turis internasional, anak-anak sekolah dan rombongan besar yang menggunakan jasa guide. Kebetulan gue cuma sendirian, ngebayar guide rasanya terlalu mewah. Lagipula, kalau didampingi, gue akan selalu bertanya dan bertanya dan bertanya. Nanti malah lama. Terus nanti guidenya jadi bete. Siasat gue sih, mencuri dengar dari guide-guide yang disewa pengunjung lain. Ogah rugi emang :p.

Di Taman Sari, sebaiknya emang menggunakan guide, karena letaknya di tengah-tengah gang kecil perkampungan dan terpisah di empat tempat. Tanpa guide, berulang kali gue harus balik arah, ngulang jalan, hingga kaki terasa sakit digigit sepatu dan punggung diiris-iris tali tas. Minus topi, sunglasses apalagi payung, lumayan bikin muka gue terasa gosong. Semoga sunblock yang gue oleskan cukup menghalau zat jahat dari sinar matahari.