Apa Kabar, Bo?

  Apa kabar, Bo? Kemarin saya ke Gramedia. Sanctuary saya pas jaman SD. Dulu waktu Hero Swalayan masih ada di Gatot Subroto. Biasanya saya ke sana setelah ngumpulin duit jajan seminggu dan bisa buat beli komik. Ngga seperti sekarang, dulu banyak komik yang sampul plastiknya terbuka, jadi saya puas-puasin baca sebelum akhirnya beli cuma satu.  Jaman itu majalah Bobo tidak setipis sekarang. Apalagi pas edisi khusus, tebalnya bisa ngalahin kamus. Hahaha, bercanda ya, Bo. Bobo benar-benar teman bermain dan belajar saya, ada beberapa dongeng dunia yang sampai detik ini saya masih ingat. Ada juga dongeng lokal yang jadi favorit saya. Mungkin penulis Bobo sudah lupa, ada sebuah cerpen, yang memuat cerita ibu petani yang asik bekerja hingga anaknya kelaparan. Saya ingat ada syairnya: tingting gelinting, perutku sudah genting, kelaparan mau makan. Saya kemudian meniru syair tersebut dan dimarahin Mama. Beliau bilang, ngga pantas didenger orang. Oh ya, Bo. Mama adalah orang yang berjasa...

how your marriage ruined someone else's life

by not marrying them, that's my first answer. but this writing is more than a love bird.
suatu hari yang cerah, mendadak saya harus menghadiri pernikahan. kenapa harus, karena dia teman saya dari orang-orang yang saya hormati. lalu kami berfoto bersama. saya dan mempelai dan teman-teman dewasa yang datang bersama pasangan dan anak-anak.
saya pun ditanya 'kapan nyusul?' 'mana calonnya?' 'emang masih mau sendiri aja?' saya tidak lagi punya jawaban akan itu. jadi saya hanya tersenyum janggal.
pernah saya bertanya. 'kenapa kalian menikah?' dan saya mendapat jawaban klasik klise. 'karena udah waktunya', 'karena sunah rasuh', 'karena untuk menjaga diri dari zina', 'karena sudah terlalu lama bersama tanpa menikah'. tapi bukan itu jawaban yang saya cari.
mungkin pertanyaan saya harusnya adalah: 'apa yang ingin kalian dapatkan dari pernikahan ini?' saya belum pernah bertanya demikian pada orang lain. tapi saya yakin saya tau apa yang saya inginkan dari sebuah pernikahan.


pernikahan tidak pernah tentang dua orang hidup bersama. pernikahan selalu tentang keluarga. dua keluarga yang bergabung menjadi satu, dan keluarga masa depan yang akan dilahirkan. pernikahan bukan tentang menghalalkan hubungan seks semata. apalagi demi keterjaminan financial.
pernikahan seharusnya tentang menciptakan generasi yang lebih baik. dan untuk ini, mereka yang memutuskan menikah, haruslah siap dengan misi mereka. dimulai dengan memilih partner yang diinginkan untuk menjalankan misi. bukan yang terbaik atau yang layak, tapi yang compatible.
dilanjutkan dengan menyamakan visi dan misi. bagaimana keluarga saat ini dan keluarga masa depan merasa terberkahi dengan pernikahan yang terjadi. berkomunikasi. dengan ungkapan linguistik yang lebih canggih dari hewan. mendidik, dengan mengajak, bukannya menyuruh.
pernikahan tidak cuma tentang dua orang yang memutuskan harus hidup bersama. ini tentang keluarga mereka, anak-anak mereka, tentang scoop pemerintahan terkecil, miniatur sebuah negara. pernikahan seharusnya membawa keberkahan. karena dari situlah bisa tumbuh manusia-manusia yang tidak haus dunia.
bagaimana pernikahanmu menghancurkan hidup orang lain? bisa jadi karena kamu tidak tau kenapa harus menikah. bisa jadi karena kamu tidak punya visi dan misi untuk menikah. bisa jadi karena kamu tidak punya bekal pengetahuan untuk menikah. bisa jadi karena kamu pikir, kamu menikah untuk membahagiakan dirimu.
tapi pernikahan tidak pernah tentang dirimu. ia selalu tentang orang lain. dan hidup siapa yang kamu hancurkan karena kamu tidak tau tentang pernikahan? bisa jadi hidupmu sendiri. bisa jadi hidup pasanganmu. bisa jadi hidup orang tua mu. bisa jadi hidup kakak-adikmu.
dan hidup siapa yang kamu hancurkan dengan pernikahanmu? bisa jadi itu hidup anakmu. penjejak masa depanmu.