Read This When You Want To Give Up

 I keep listing the reasons why I can't kill myself. And each day it gets shorter. Still, I live. Liking my job, taking care of others, set goals, and actually achieved it. All while still wanna die. So I try to understand, what's exactly in my brain. What's I'm looking for. What's the drive that gets me up every morning. Why I'm in constant pain. Maybe I'm just dramatic, a little bit melancholy. I know what I want is for the pain to stop. And I need to know where the bleeding is to stop it. What and who hurts me. Or No matter what and who, when and how, I need to accept and forgive. Forgive that I can't change the past, I can't change people. Accept that I only can control myself. To tough up and not let it hurts. Maybe this is not about me. Maybe the what and the who weren't aware that they hurt me. It's like a circle. While they tried to protect themselves, they unintentionally hurt others. The fact that I wanna die since 4th grade and sti

Jaka

Kadang kalo kecapekan pas pulang, gue naik ojek menuju rumah. Setelah berbilang taun, gerombolan pengojek di ujung jalan itu pun apal rumah gue dimana. Gue pun apal siapa yang suka ngebut, siapa yang bau badan. Begitu juga dengan si Jaka.

Sebut saja Jaka, entah nama sebenarnya atau bukan. Apa yang membedakan dia dari tukang ojek lainnya? Bisa jadi karena IQ Jaka gak sempurna. Katanya Jaka mengidap down syndrome. Terlihat pula di wajah dan tingkat emosi yang seperti anak TK.

Gue pun masih penasaran sekaligus salut bahwa seorang Jaka dengan down syndrome masih bisa mencari nafkah. Bukan mengemis, tidak mengeksploitasi keistimewaannya untuk sekeping rasa kasihan. Rasanya Jaka ngojek lebih lama daripada gue bulak-balik jalan itu.

Dunia gak ramah sama orang kayak Jaka. Kadang ada aja temen sesama tukang ojek gangguin dia. Jaka gampang meledak marah. Persis anak tiga tahun yang direbut eskrimnya. Hal itu malahan bikin yang lain tambah seneng ngisengin dia.

Barusan Jaka cerita, pernah ban motornya ditempelin paku. Karena Jaka berbeda, ia baru menyadari saat ban tadi bener2 kempes. Saat penumpangnya teriak karena motor Jaka oleng. Kadang tukang ojek lain bikin Jaka nggak dapet penumpang karena orang-orang takut melihat penampakan emosi di wajah Jaka.

Gue jadi kepikiran. Kalau begini, siapa sebenernya yang terbelakang? Jaka dengan down syndrome-nya yang mencari uang secara halal dan bermartabat. Atau tukang ojek yang make fun of him dengan dalih cuma bercanda.

Jujur sih gue gak suka kalau ngojek sama Jaka. Bawa motornya pelan dan ngomongnya ngelantur. Tapi pernah suatu hari gue protes karena dia bau badan, setelah itu Jaka selalu wangi pas ngojek. Pun gue penasaran mau nanya gimana dia bisa belajar motor dan apakah dia punya sim?

Lain waktu gue mau ngeluh soal kehidupan di dunia, gue akan mengingat sosok Jaka dan berjuang lebih keras. Karena yang membedakan gue dan Jaka mungkin cuma selembar kertas tipis berisi tes IQ.

Comments