Apa Kabar, Bo?

  Apa kabar, Bo? Kemarin saya ke Gramedia. Sanctuary saya pas jaman SD. Dulu waktu Hero Swalayan masih ada di Gatot Subroto. Biasanya saya ke sana setelah ngumpulin duit jajan seminggu dan bisa buat beli komik. Ngga seperti sekarang, dulu banyak komik yang sampul plastiknya terbuka, jadi saya puas-puasin baca sebelum akhirnya beli cuma satu.  Jaman itu majalah Bobo tidak setipis sekarang. Apalagi pas edisi khusus, tebalnya bisa ngalahin kamus. Hahaha, bercanda ya, Bo. Bobo benar-benar teman bermain dan belajar saya, ada beberapa dongeng dunia yang sampai detik ini saya masih ingat. Ada juga dongeng lokal yang jadi favorit saya. Mungkin penulis Bobo sudah lupa, ada sebuah cerpen, yang memuat cerita ibu petani yang asik bekerja hingga anaknya kelaparan. Saya ingat ada syairnya: tingting gelinting, perutku sudah genting, kelaparan mau makan. Saya kemudian meniru syair tersebut dan dimarahin Mama. Beliau bilang, ngga pantas didenger orang. Oh ya, Bo. Mama adalah orang yang berjasa...

choose to be happy

Saya kenal rekan kerja yang satu ini hanya beberapa bulan. Sepanjang bulan yang singkat itu, ia terus mengeluhkan pekerjaannya. Gaji, fasilitas, jobdesk, tingkah bos dan rekan kerja lainnya.
Ia lebih tidak bahagia dari saya, ketika itu.Dan ketidakbahagiaannya tercermin keluar. Ia tampak lusuh, tidak menarik, jarang tersenyum dan seriiing banget ngedumel.
Barusan saya bertemu dia di arena konser. Ia menangkap tangan saya yang menggapai-gapai udara. Perlu beberapa detik bagi saya untuk mengenalinya. Bahkan saya baru ingat namanya sekarang ini.
Apa yang berubah? Pancaran auranya. Ia sekarang bahagia. Ia tidak menyatakan itu, saya pun tidak menanyakannya. Saya hanya yakin ia bahagia. Mungkin karena saat itu ia sedang menyaksikan penampilan artis favorit. Mungkin juga karena tempat barunya lebih menyenangkan.
Tadi saya tidak sempat merasa iri karena pancaran kebahagiaannya. Justru saya merasa bersyukur ia menemukan kantor yang bisa membuatnya menyukai hal yang ia kerjakan. Seperti saya bilang, buat beberapa orang, kantor yang dicari adalah yang nyaman.
Nah, kita selalu punya pilihan. Bertahan di kantor lama dengan gaji seadanya dan pekerjaan yang tidak kita sukai, pindah ke kantor bergaji tinggi dan melakukan hal baru yang tidak membuat kita nyaman, atau membebaskan diri dari keharusan absen 9-6. We can always choose. So choose to be happy.
Published with Blogger-droid v2.0.10