Apa Kabar, Bo?

  Apa kabar, Bo? Kemarin saya ke Gramedia. Sanctuary saya pas jaman SD. Dulu waktu Hero Swalayan masih ada di Gatot Subroto. Biasanya saya ke sana setelah ngumpulin duit jajan seminggu dan bisa buat beli komik. Ngga seperti sekarang, dulu banyak komik yang sampul plastiknya terbuka, jadi saya puas-puasin baca sebelum akhirnya beli cuma satu.  Jaman itu majalah Bobo tidak setipis sekarang. Apalagi pas edisi khusus, tebalnya bisa ngalahin kamus. Hahaha, bercanda ya, Bo. Bobo benar-benar teman bermain dan belajar saya, ada beberapa dongeng dunia yang sampai detik ini saya masih ingat. Ada juga dongeng lokal yang jadi favorit saya. Mungkin penulis Bobo sudah lupa, ada sebuah cerpen, yang memuat cerita ibu petani yang asik bekerja hingga anaknya kelaparan. Saya ingat ada syairnya: tingting gelinting, perutku sudah genting, kelaparan mau makan. Saya kemudian meniru syair tersebut dan dimarahin Mama. Beliau bilang, ngga pantas didenger orang. Oh ya, Bo. Mama adalah orang yang berjasa...

Hujan + Macet

Nina hanya perlu menekan tombol kirim

Hubungan Nina dan Dio sudah jadi rahasia umum. Kenyataan Dio sedang punya pacar pun bukan tidak diketahui Nina. Nina hanya bersenang-senang, begitu katanya, sesungguhnya ia menyukai Dio. Dio hanya bersenang-senang, begitu katanya, ini tidak untuk selamanya walau ia tidak memberitahu Nina. Nina dan Dio bertukar kata, bertukar tawa, sering kadang Nina menangis, kadang Dio kesal, berulang-ulang.

Lalu Dio berhenti. Nina tidak mengerti. Kenapa? kenapa? kenapa? tulisnya berulang-ulang. Dio tak menjawab. Nina harus mengakui, diam-diam ia merasa ngeri dijadikan lelucon oleh Dio dan teman-temannya. Tidak, batin Nina, Dio orang yang baik hati. Nina hilang akal. Dio tidak peduli. Nina sering mendengar selenting kabar percakapan mereka dicuri baca. (Atau Dio tidak melarang siapapun membacanya) Nina kecewa.

Nina hanya perlu menekan tombol kirim. Maka pacar Dio juga akan tau isi percakapan mereka. Nina hanya perlu menekan tombol kirim ketika suara muncul di otaknya 'jangan, kamu bukan orang seperti itu'. Menyusul hatinya angkat bicara 'jangan, kamu berjanji tidak akan menyakiti hati siapapun'.

Nina tertegun. 'hati saya luka, otak saya lelah. Saya ingin Dio merasa.' Otak lantas menjawab 'dia tak merasa, dia tak peduli, kamu tak lagi menyenangkan untuknya. Yah, kamu cuma property untuknya bersenang-senang.' Hati tak mau kalah 'dia tak merasa, dia tak peduli, tak ada sedikit tempat pun untukmu dihatinya. Yah, kamu cuma property untuknya bersenang-senang.'

Nina hanya perlu menekan tombol kirim. Percakapan itu akan sampai di ponsel canggih pacar Dio. Membuktikan kecurigaannya, kekhawatirannya. Menumbuhkan rasa tidak percaya, marah pada Dio, pada dirinya. Menunding Nina menggoda lelakinya. Nina akan gamang. Apakah begitu? Ia menggoda Dio? Nina tak pernah ingin memisahkan Dio dari pacarnya. Tapi Dio memisahkan diri dari Nina. Kenapa?

Nina hanya perlu menekan tombol kirim. Percakapan itu akan sampai di ponsel canggih pacar Dio. Dio tidak marah. Mungkin berkata Nina benar seperti yang dibicarakan orang-orang. Pembicaraan Dio dan teman-temannya. Menertawakan Nina, memandangnya dengan jijik. Menunding Nina ingin memisahkan Dio dari pacarnya. Apakah begitu? Ia ingin memisahkan Dio dari pacarnya? Nina tidak pernah sengaja menggoda Dio. Kadang Dio menggoda Nina.

Nina kira ia berkeinginan mengirimnya. Tidak, ia hanya sedang kalut. Tiap dipanggil Dio tidak lagi menyahut. Nina kira ia tega mengirimnya. Tidak, Nina tidak tega melihat perempuan mana pun bersusah hati. Nina kira ia akan mengirimnya. Tidak, walau berulang kali tombol kirim tinggal ditekan seujung kuku, Nina menjauhinya.

Nina berkata 'buat apa? pacar Dio mungkin menerimanya, lantas diam saja. Perlahan hati keduanya menjauh. Buat apa? Pacar Dio mungkin menerimanya, lantas mencecar Dio. Perlahan hati keduanya menjauh. Buat apa? apa urusan Nina memberitahu bahwa si lelaki bersenang-senang dengan perempuan lain?'

Otak berucap, 'Dio tidak peduli, Nina.' Hati mengiyakan, ' Dio tidak peduli, Nina.' Nina hanya perlu menekan tombol kirim. Nina ingin Dio merasa. Nina kalut. Nina lepaskan ponselnya perlahan. Dengan hati-hati menguncinya di dasar laci. Bersama sebagian diri Nina yang merindukan Dio. Yang terus bertanya: Kenapa?

* hasil chatting dengan nissamaretta dan zakyakbar di dua aplikasi yang berbeda selagi hujan turun.

Published with Blogger-droid v2.0.9

Comments