Apa Kabar, Bo?

  Apa kabar, Bo? Kemarin saya ke Gramedia. Sanctuary saya pas jaman SD. Dulu waktu Hero Swalayan masih ada di Gatot Subroto. Biasanya saya ke sana setelah ngumpulin duit jajan seminggu dan bisa buat beli komik. Ngga seperti sekarang, dulu banyak komik yang sampul plastiknya terbuka, jadi saya puas-puasin baca sebelum akhirnya beli cuma satu.  Jaman itu majalah Bobo tidak setipis sekarang. Apalagi pas edisi khusus, tebalnya bisa ngalahin kamus. Hahaha, bercanda ya, Bo. Bobo benar-benar teman bermain dan belajar saya, ada beberapa dongeng dunia yang sampai detik ini saya masih ingat. Ada juga dongeng lokal yang jadi favorit saya. Mungkin penulis Bobo sudah lupa, ada sebuah cerpen, yang memuat cerita ibu petani yang asik bekerja hingga anaknya kelaparan. Saya ingat ada syairnya: tingting gelinting, perutku sudah genting, kelaparan mau makan. Saya kemudian meniru syair tersebut dan dimarahin Mama. Beliau bilang, ngga pantas didenger orang. Oh ya, Bo. Mama adalah orang yang berjasa...

Birthday Boy

Last night, this boy pick me up from office and take me to dinner. Then, we went to my home. The story ends here. I thought.

Pagi ini, encing-encing (betawi's way to call aunties) lagi ngerubutin tukang sayur. Ini biasa. Sampai gue keluar rumah dan mereka manggil gue.

'Shin, yang semalem, pacar?' Tanya encing pertama.
'Beda lagi sama yang kemaren dateng?' Ujar encing kedua.

Gue cuma nyengir. 'Bukan pacar.' Jawab gue. 'Yang kemarinan juga bukan pacar.' Gue tambahin lagi. Harusnya encing-encing tau gue gak mau memperpanjang pembicaraan ini. But, they keep talking.

What happen with private life people? Yeah, once I read this in some books: in small neighbourhood, ur business is everyone business. Konsep yang aneh.

I life in secrecy. U don't need to know, I don't want u to know. Why don't u stay with ur business and give no fuck about mine?

Anw, happy birthday. Wish u get much fun in ur life.

Comments