Read This When You Want To Give Up

 I keep listing the reasons why I can't kill myself. And each day it gets shorter. Still, I live. Liking my job, taking care of others, set goals, and actually achieved it. All while still wanna die. So I try to understand, what's exactly in my brain. What's I'm looking for. What's the drive that gets me up every morning. Why I'm in constant pain. Maybe I'm just dramatic, a little bit melancholy. I know what I want is for the pain to stop. And I need to know where the bleeding is to stop it. What and who hurts me. Or No matter what and who, when and how, I need to accept and forgive. Forgive that I can't change the past, I can't change people. Accept that I only can control myself. To tough up and not let it hurts. Maybe this is not about me. Maybe the what and the who weren't aware that they hurt me. It's like a circle. While they tried to protect themselves, they unintentionally hurt others. The fact that I wanna die since 4th grade and sti

kisah dari media pit


Gue mulai menjejakkan kaki di media pit saat 2PM datang bersama rombongan BlackBerry Live n Rockin'. Saat itu gue juga belum familiar sama DSLR. Bener-bener cuma modal 'gue mau berada paling dekat dengan 2PM'.
Sesuai harapan, gue nggak lantas dapet foto bagus. Cuma satu-dua foto yang nggak blur. Gue pun belum pandai menangkap moment saat permainan lampu panggung bercampur dengan ekspresi performer atau emosi penonton. Yah, gue terlalu gegabah untuk langsung masuk media pit tanpa ilmu fotografi basic, seenggaknya.
Setelah lumayan sering masuk media pit konser lokal dan internasional, banyak browsing dan gak malu nanya mas-mas fotografer dimana aja, gue jadi apal resepnya, ISO di atas 800, diagfragma f/5-f/8, kecepatan 1/60 atau 1/125, gak boleh pake flash dan sabar megangin kamera sambil nunggu moment. Sebenernya lebih asik kalau punya lensa tele dan wide. Tapi gue belum ahli berganti lensa dalam waktu singkat. Jadi pake satu lensa aja deh.
Suatu hari, gue pernah jadi cewek sendirian di dalam media pit. Cuma megang 550D dengan lensa 18-55mm. Lalu terdengar celetukan bercanda 'ngapain lo shin di media pit cewek sendirian? bukannya duduk aja sana nonton'. Laaah, emang kenapa kalau cewek moto di media pit. Ih patriarki banget deeh.
Lain waktu, badan kecil gue digempur ukuran tubuh mas-mas fotografer yang rata-rata lebih tinggi dan berisi. Sepanjang 3 lagu, gue moto sambil jinjit-jinjit di tepi panggung. Salah sendiri sih kurang gizi. Hehehehe.
Pernah juga lagi enak-enak bersandar di pagar pembatas penonton kelas festival dengan panggung, gue ditowel-towel 'mbak awas dong. Saya kan bayar buat nonton di depan panggung' ujar salah satu penonton.
Kemarin abis moto di Balai Kartini pake lensa 70-300. Baru sekalinya pake lensa tele nih, jadi agak kagok. Ditambah lagi, media pit berada di kanan-kiri panggung. Jadi lah gue harus berada jauh dari bibir panggung. Seperti segala halnya, di media pit pun, posisi menentukan prestasi (atau setidaknya angle bagus buat foto lo).
Foto gue emang belum bisa dibilang canggih. Seenggaknya gue gak berenti buat belajar. Ngomong-ngomong soal BBLive, gue jadi kangen mas yang satu itu.
Published with Blogger-droid v2.0.10