Read This When You Want To Give Up

 I keep listing the reasons why I can't kill myself. And each day it gets shorter. Still, I live. Liking my job, taking care of others, set goals, and actually achieved it. All while still wanna die. So I try to understand, what's exactly in my brain. What's I'm looking for. What's the drive that gets me up every morning. Why I'm in constant pain. Maybe I'm just dramatic, a little bit melancholy. I know what I want is for the pain to stop. And I need to know where the bleeding is to stop it. What and who hurts me. Or No matter what and who, when and how, I need to accept and forgive. Forgive that I can't change the past, I can't change people. Accept that I only can control myself. To tough up and not let it hurts. Maybe this is not about me. Maybe the what and the who weren't aware that they hurt me. It's like a circle. While they tried to protect themselves, they unintentionally hurt others. The fact that I wanna die since 4th grade and sti

Dua Sagittarius, Bintang-Bintang dan Matahari

foto dari kafeastronomi.com
Ada dua Sagittarius tergeletak di pinggir dermaga di Derawan. Keduanya menatapi bintang yang jarang dilihat saat berkemul dengan penatnya Jakarta. Keduanya bercerita layaknya teman lama yang akhirnya berjumpa. Sesekali tangan salah satunya menunjuk langit. Kadang juga terdengar jeritan bersemangat keduanya yang diikuti tawa panjang. Lalu kembali berbicara serius.

Iya, keduanya bicara panjang lebar. Tentang keluarga, tentang cinta, tentang pekerjaan, tentang masa depan. Masing-masing terpekik tertahan dan mengangguk-angguk mengerti. Pernahkah kamu bertemu teman lama, namun merasa tak pernah terpisah? Seakan kalian berpikir dengan satu otak dan merasa dengan satu hati walau kenyataannya banyak perbedaan yang mendasar. Tentang bagaimana keduanya bersikap, bagaimana keduanya mengambil kesimpulan. Paradoks. Terlihat sama, walau nyata perbedaannya.

Akhirnya, pembicaraan menyinggung Tuhan. Kedua Sagittarius nampak lebih serius sekarang. Salah satu berucap lantang, "Pada akhirnya, gue merasa Tuhan tau apa yang ada di balik otak gue, hati gue. Okelah pada permukaannya gue ingin settle down, ingin membagi hidup dengan sosok lelaki yang sedang gue gilai. Namun Tuhan tau, dan selalu tau, inti tubuh gue masih belum ingin menjejakkan kaki bersama lelaki mana pun. Serpihan jiwa gue masih ingin menjadi partikel bebas. Tuhan tau itu, maka Ia membuat gue menunggu." Ocehan panjang yang diamini Sagittarius di sebelahnya. "Gue juga percaya, cara kerjanya begitu." Ujarnya menyuarakan kebulatan.

Kedua Sagittarius menikmati jatuh cinta. Pun keduanya punya cara yang berbeda. "Gue selalu mengabarkan rasa cinta gue pada orang yang gue tuju. I mean, pada hidup yang sebentar ini, untuk apa menyembunyikan rasa cinta? Terlepas dari apakah gue ingin membagi hidup bersama sosok itu. Atau apakah ia akan balas mencintai gue. Semua tidak signifikan. I love you and i will tell you that." ucap Sagittarius pertama. "Aduh gue nggak bisa gitu," Keluh yang kedua. Terang, mereka menjalani hidup yang berbeda. Pun perempuan yang jatuh cinta selalu memiliki tatapan yang sama ketika mengingat kecintaan mereka.

Bintang-bintang makin bermunculan ketika kedua Sagittarius memutuskan berpisah. Satu Sagittarius berpikir, 'Kang, kamu itu Matahari. Pun ada jutaan ribu bintang di langit luas, Bumi cuma butuh satu Matahari untuk menghangatkannya. I wish I am an Earth for you.'

Comments

  1. ahemm,, Pun perempuan yang jatuh cinta selalu memiliki tatapan yang sama ketika mengingat kecintaan mereka. >> suka ini. mata yang hidup, yang berbinar-binar, dan sepertinya ingin mengatakan sesuatu tentang sesuatu hal.

    ReplyDelete

Post a Comment