Read This When You Want To Give Up

 I keep listing the reasons why I can't kill myself. And each day it gets shorter. Still, I live. Liking my job, taking care of others, set goals, and actually achieved it. All while still wanna die. So I try to understand, what's exactly in my brain. What's I'm looking for. What's the drive that gets me up every morning. Why I'm in constant pain. Maybe I'm just dramatic, a little bit melancholy. I know what I want is for the pain to stop. And I need to know where the bleeding is to stop it. What and who hurts me. Or No matter what and who, when and how, I need to accept and forgive. Forgive that I can't change the past, I can't change people. Accept that I only can control myself. To tough up and not let it hurts. Maybe this is not about me. Maybe the what and the who weren't aware that they hurt me. It's like a circle. While they tried to protect themselves, they unintentionally hurt others. The fact that I wanna die since 4th grade and sti

Days in Jogja - Long Day

Ada masanya gue emang impulsif, seperti mendadak pergi ke Jogja dengan teman yang tidak akrab, kemudian pisah jalan karena perjalanan yang tanpa perencanaan. Lalu selepas Ashar di Mesjid Malioboro, andalan gue cuma smartphone dengan sinyal seadanya. Pertama cari penginapan, berhubung dua teman yang hendak dijumpai masih berhalangan bertemu. 

Pertanyaan pertama adalah penginapan murah dekat Malioboro? Ada banyak entri yang keluar menunjukkan lokasi di Sosrowijayan. Tapi Sosrowijayan itu seberapa jauh dari lokasi gue? Udah menjelang jam5 sore ketika gue keluar dari Mesjid. Temen gue udah wanti-wanti supaya nggak keabisan kamar. Entah kenapa gue santai aja. Keluar Mesjid, plang nama Sosrowijayan muncul tepat di sebrang gue. Melintasi Oxen, gue kembali bertanya, mau menyusuri Sosrowijayan sejauh apa?

Hingga di depan gang II ada mas-mas yang negur, 'cari penginapan?' gue langsung mengiyakan. 'berapa orang?' tanyanya lagi. 'satu orang yang dibawah 150an, dong, tolong dibantu.' Mas tadi tersenyum dan meminta gue mengikutinya. Akal sehat gue lagi liburan kayaknya. Tanpa pengamanan dan pikir panjang, langsung ngikut dia menjelajah gang II.


 

  
Tiga penginapan pertama berakhir nihil. Akhirnya kami belok ke gang yang lebih kecil lagi dan beruntung dapat satu kamar. Tanpa TV, kamar mandi luar, kipas angin dan matras muat dua orang, gue deal diharga 125rb. Mas tadi bilang, kalau lagi gak rame bisa lebih murah. Buat gue asal gak melebihi budget 150rb, gue sih terima-terima aja. Abis unpack barang, mas baik hati tadi masih ada dilobi. Bingung tuh gue mau ngasih tip apa nggak? Jumlahnya berapa? Ternyata pas gue udah sodorin, ditolak sama mas tersebut. Yah mau gimana lagi dong? Semoga mas sekeluarga dirahmati Allah.

Setelah Bali, kayaknya Jogja bakal jadi penjelajahan gue seorang diri. And still have no clue where to go. Yaudah deh, yang penting keluar dulu aja. Liat ada apa di Malioboro dan apa yang bisa di makan malam ini. Orang bilang, wisata kuliner is a must when visiting Jogja, enak dan murah! Keluar dari Sosrowijayan, yang keliatan cuma delman, becak dan batik. Mau jalan aja susah apalagi milih-milih lokasi makanan. Sebelumnya gue juga udah dipesenin sama mas baik tadi kalau makan di lesehan Malioboro itu mahal. Lagian pas gue telusuri, menunya kurang menarik kok. Lanjut jalan terus ikutin arus manusia-manusia yang entah mencari apa, akhirnya gue sampai di titik nol kilometer.

I really wasnt thinking, just try to enjoy what i have on this unplanning trip. I see people, I sense the wind, things I dont have time to do while in Jakarta. I freeze my time and sit for a while. Not thinking, just enjoying.