Read This When You Want To Give Up

 I keep listing the reasons why I can't kill myself. And each day it gets shorter. Still, I live. Liking my job, taking care of others, set goals, and actually achieved it. All while still wanna die. So I try to understand, what's exactly in my brain. What's I'm looking for. What's the drive that gets me up every morning. Why I'm in constant pain. Maybe I'm just dramatic, a little bit melancholy. I know what I want is for the pain to stop. And I need to know where the bleeding is to stop it. What and who hurts me. Or No matter what and who, when and how, I need to accept and forgive. Forgive that I can't change the past, I can't change people. Accept that I only can control myself. To tough up and not let it hurts. Maybe this is not about me. Maybe the what and the who weren't aware that they hurt me. It's like a circle. While they tried to protect themselves, they unintentionally hurt others. The fact that I wanna die since 4th grade and sti

lluvia #10

Hari ini tidak hujan. Saya menatap punggung lelaki itu saat dia berucap 'deal with it or leave it' dengan lagak tak acuh.

Saya masih menatapnya, mencari-cari binar mata yang dulu saya puja.

'Saya nggak suka 'berjuang'' lanjutnya.

'Saya,' dalam kalut saya berucap, 'kalau saya tidak berjuang, kamu tidak akan pernah bertemu saya yang sekarang.'
'Kalau saya tidak berjuang, saya tidak akan merubah nasib saya.
'Kalau saya tidak berjuang, kamu tak kan pernah tau rasa saya.'

Ia tidak bereaksi kecuali senyum tipis yang dipaksakan.

'Kalau semua orang berpikir seperti mu, tak kan ada yang namanya kehidupan.'

Saya membalas 2 kalimatnya berkali-kali. Dia mungkin mendengar, tapi tidak mendengarkan.

'Kamu, apakah hidupmu sudah sempurna sejak kelahiranmu? Hingga terlihat salah cara hidup saya di matamu.
'Saya, jika tidak menyuarakan isi kepala, apa gunanya memiliki otak?
'Saya selalu mempertanyakan keadaan. Karena jika tak ada yang berubah, pasti ada yang salah.'

'Kamu, jika kamu tidak berjuang, kamu tidak akan berada di sini.
'Kamu, apakah sudah menjelajahi selusur kota dan melihat mereka yang berjuang untuk hidup tiap detiknya?
'Kamu mungkin tuan muda yang mulia, yang memiliki segalanya, tak pernah merasakan pedih kecuali karena cinta. Tapi saya, cuma rakyat biasa, yang dengan bodohnya memuja mu, hingga dipandangi dengan nista.'

'Kamu yang tak pernah merasakan susahnya bertahan hidup, semoga selalu bahagia. Rasa saya untukmu, tak pernah direkayasa.'

Belakangan hujan tak kunjung turun. Mungkin karena alih-alih merasa sedih, saya justru merasa kecewa dengan isi otak dan hati lelaki itu.

Walau tetap saja, hati saya tak lepas menatapnya.